Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي وَفَقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
وَصَفِيُهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد بِنْ عَبْدِ الله، وَعَلى آلهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه، وَمَنْ تَبِعَهُم
ِّبِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَا وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِالله. أَمَّا بَعْد، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَالِي
الْعَظَيْم اَلْقَائِل فِي مُحْكَمِ كِتَابِه: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللهِ اِثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (التوبة: 36)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama
kepada diri khatib sendiri untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan
keimanan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan semua kewajiban dan
menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Hadirin yang di rahmati Allah,
Bulan Rajab adalah salah satu dari empat al Asyhur al Hurum, bulan-bulan haram,
bulan-bulan yang suci dan mulia, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللهِ اِثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (التوبة: 36)
Maknanya: “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya
empat bulan haram” (Q.S at-Taubah: 36). Allah menyebut empat bulan tersebut
sebagai bulan-bulan haram karena pada awalnya peperangan di dalamnya di haramkan.
Hadirin yang di rahmati Allah,
Abu Nu’aim dan Ibnussunni meriwatkan bahwa Rasulullah SAW setiap kali memasuki
bulan Rajab, beliau membaca doa:
َاَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب ٍوَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان
“Ya Allah, anugrahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan
sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadhan.”
Baca juga==>>Antara Bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Diantara keutamaan bulan Rajab bahwa malam satu rajab adalah salah satu malam yang
mustajab untuk berdoa sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm:
،ٍبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمْعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلُ لَيْلَةِ مِنْ رَجَب
َوَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَان
Maknanya: “Telah sampai berita kepada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesungguhnya
doa di kabulkan pada lima malam: malam jumat, malam hari raya Idul Adha, malam hari
raya Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban.”
Hadirin yang di rahmati Allah,
Pada bulan Rajab ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal-amal kebaikan dan
ketaatan. Salah satunya adalah memperbanyak puasa. Kita disunnahkan untuk memperbanyak
puasa di bulan Rajab seperti halnya kita juga disunnahkan untuk memperbanyak puasa di tiga
bulan haram yang lain, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharrah. Memang tidak ada hadist shahih
yang secara khusus menyatakan kesunnahan puasa Rajab. Namun di sisi lain juga tidak ada
larangan secara khusus untuk berpuasa pada bulan Rajab. Para ulama mengatakan bahwa
dalil-dalil umum mengenai anjuran berpuasa setahun penuh kecuali lima hari yang diharamkan,
cukup dijadikan dalil atas kesunnahan puasa Rajab. Kesunnahan puasa Rajab juga dapat diambil
dari dalil-dalil umum mengenai dianjurkan berpuasa pada empat bulan haram.
Disebutkan dalam shahih Muslim:
ٍعَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيْم الْأَنْصَارِي قَالَ سَأَلْتُ سَعِيْد بِنْ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ اِبْنَ عَبَّاس
ُرَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَصُوْم
Dari Ustman bin Hakim Al Anshari bahwa ia berkata: Saya bertanya kepada sahabat Sa’id bin
Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Maka ia pun menjawab:
Saya telah mendengar Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata: Dulu Rasulullah SAW pernah
pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah
pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa.
Imam Nawawi dalam syarh Shahih Muslim mengomentari hadist diatas dengan mengatakan:
“Zahirnya, yang dimaksud sahabat Sa’id bin Jubair dengan pengambilan hadist ini sebagai dalil
adalah bahwa tidak ada nash yang menyatakan sunnah atau melarang secara khusus terkait
puasa Rajab. Karenanya, ia masuk dalam hukum puasa pada bulan-bulan yang laiin. Tidak ada
satupun hadist tsabit terkait puasa Rajab, baik anjuran maupun larangan. Akan tetapi hukum
asal puasa adalah disunnahkan. Dalam Sunan Abi Dawud bahwa Rasulullah SAW menyatakan
kesunahan puasa pada bulan-bulan haram (al Asyhur al Hurum, empat bulan yang dimuliakan),
dan Rajab adalah salah satunya, Wallaahu ‘alam.”
Sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra menyatakan bahwa
meskipun hadist-hadist mengenai keutamaan puasa Rajab tidak ada yang shahih, tapi bukan
berarti semuanya palsu. Menurutnya, diantara hadist-hadist tersebut ada yang tidak palsu,
melainkan bersetatus dhaif dan boleh diamalkan dalam fadhailul ‘amal.
Hadirin yang di rahmati Allah,
Pada bulan Rajab, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah umat islam. Hal
ini bukanlah suatu yang kebetulan, akan tetapi menunjukkan bahwa Rajab adalah salah satu
bulan yang mulia. Diantaranya adalah: Sayyidah Aminah binti Wahb mulai mengandung janin
yang kelak diberi nama Muhammad pada bulan Rajab. Kemudian pada bulan Rabi’ul Awwal
beliau melahirkan seorang makhluk mulia, yang mana kelahirannya adalah rahmat yang Allah
hadiahkan untuk alam semesta.
Pada tanggal 27 Rajab, terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj, salah satu mu’jizat terbesar yang Allah
anugrahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Mengenai mu’jizat yang agung ini perlu digaris bawahi
bahwa maksud dan tujuan Isra’ dan Mi’raj bukan berarti Allah diatas lalu Rasulullah diperintah
naik ke atas untuk sowan bertemu dan menghadap Allah. Para ulama Ahlussunnah wal Jamaah
menegaskan bahwa Allah Maha Suci dari tempat dan arah. Dia ada namun keberadaannya tidak
membutuhkan tempat dan arah. Dia ada tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan
arah, dan setelah menciptakan keduanya, Dia tidak berubah, tetap ada tanpa tempat dan arah.
Maksud dan tujuan Isra’ dan Mi’raj adalah memuliakan Rasulullah, memperlihatkan kepadanya
beberapa keajaiban dan tanda kekuasaan Allah dan menerima perintah shalat di tempat yang
tidak pernah dilakukan maksiat didalamnya.
Pada hari ke sepuluh bulan Rajab terjadi perang tabuk. Pada bulan Rajab tahun 9 H, an-Najasyi,
raja Habasyah meninggal dalam keadaan muslim. Imam Syafi’i wafat pada bulan Rajab tahun
204 H pada usia 54 tahun. Beliau dimakamkan di Mesir. Pada bulan Rajab tahun 101 H, Khalifah
‘Umar bin Abdul ‘Aziz meninggal dalam usia 39 tahun. Pada tanggal 27 Rajab 583 H, Sultan
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan baitul Maqdis, Palestina. Ketika ingin membebaskan
Palestina, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi tidak langsung menyiapkan pasukan dan peralatan perang.
Akan tetapi yang mula-mula beliau lakukan adalah mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan
aqidah yang benar, yaitu Ahlussunnah wal Jamaah. Kesatuan aqidah akan melahirkan kesatuan
hati. Kesatuan hati antara umat islam adalah kekuatan dahsyat yang tak terkalahkan.
Pada 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 31 Januari 1926, para ulama berkumpul di Surabya
menyepakati lahirnya Jam’iyah Nahdhatul Ulama, sebuah organisasi sosial dan keagamaan
yang salah satu tujuan utamanya adalah memperjuangkan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan
sistem bermazhab dalam beragama.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi
kekuatan, kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada
Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْم، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفَرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحٍيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر