Hargai Selagi Ada..

“ Nduk, kakekmu meninggal, ” kalimat itu mengejutkanku yang saat itu sedang menyapu rumah.

“ Ha? Apa Buk de?” tanyaku, kembali memastikan.

“Kakekmu Nduk, ninggal,” ucapnya, mengulangi kalimat yang sama.

 Aku tersenyum miring, tidak mungkin hal itu terjadi. Memang, tadi malam Bapak dan kedua Om ku pergi kerumah sakit karena mendapat kabar jika Kakek masuk ruang ICU. Tapi tidak mungkin secepat itu kan?

“ Sekarang, cepet kamu beres- beres rumah, sebentar lagi orang- orang pada datang,” ucap adik dari Nenekku, aku hanya mengangguk dan lanjut menyapu.

 Tak lama kemudian, satu persatu tetangga mulai berdatangan kerumah. Aku tinggal bersama kedua orang tua dan Kakek Nenekku. Saat ini, Ibu sedang pergi kekampung karena Kakekku yang berada dikampung juga sedang sakit keras. Dan Bapak tadi malam pergi menjenguk Kakek di Rumah Sakit, alhasil saat ini hanya aku sendiri dirumah.

 Aku membuka pintu, diluar rumah sudah banyak tetangga- tetangga yang datang seraya mengucapkan bela sungkawa. Beberapa Adik laki laki kakekku mulai membuat tenda, mencari kayu, dan beberapa pekerjaan laki- laki lainnya. Sedangkan Tante- tante dan Buk deku mulai berbelanja dan membuat bumbu- buumbu masakan.

Tak seorang dua orang yang kulihat beberapa kali mengusap air matanya. Ada juga sebagian keluarga yang matanya bengkak akibat menangis. Tapi anehnya, aku tak merasakan kesedihan apa pun. Aku tak merasakan adanya kesedihan akibat kehilangan atau semacamnya. Terkadang aku malah bermain dan tertawa jika berkumpul bersama saudara-saudara seusiaku. Sampai beberapa kali orang- orang tua dikeluargaku menegurku, karena tidak merenungkan keadaan.

Kurang lebih sepuluh jam lamanya. Aku dan keluarga menunggu kedatangan jenazah dari Rumah Sakit. Aku sedikit khawatir, karena saat itu, huja turun sangat deras. Tak lama kemudian, para Bapak- bapak berteriak dan memberi kode bahwa jenazah yang dibawa oleh ambulance sudah semakin dekat. Orang- orang menyerbu, berjejer disepanjang jalan menyaksikan kedatangan jenazah Kakekku.

 Suara riuh dan suara ambulance memenuhi  pendengaranku. Pandanganku tarasa kabur, namun tetap kupaksakan untuk berdiri berdesak- desakkan dengan orang yang ikut melihat kedatangan jenazah Kakekku. Saat ambulance yang membawa Kakekku tertangkap oleh penglihatanku. Reflex aku berteriak, air mataku tumpah, walaupun belum kembali kulihat sosoknya. Dadaku terasa sesak. Lututku seperti tak bertulang, tak mampu kutopang tubuhku, hingga sepupuku membantuku untuk berdiri.

Saat Hosital Bed yang membawa mayat beliau melintas didepanku, kulihat dengan jelas wajahnya yang tenang seperti terlepas dari beban dan rasa sakit. Aku tercekat, tak bisa mengeluarkan kata- kata. Lama aku berdiri, menenangkan hati yang terasa bergemuruh. Menguatkan hati untuk kembali melihat beliau. Aku terdiam, menatap dari pintu, jenazah yang mulai dibungkus kain kafan itu. Menahan air mata yang ingin kemballi jatuh. Aku teringat, saat dimana beliau masih hidup, beliau sering mengajakku berkeliling menaiki motor tuanya saat aku masih kecil. Tidur disampingnya saat menonton TV. Selalu mencarinya disaat sakit. Dan banyak hal lain yang kulakukan bersamanya semasa beliau hidup.

Seharusnya, seharusnya aku sebagai cucu tau mengenai penyakit yang ada di tubuhnya. Tidak hanya diam saja dan tau- tau mendengar kabar bahwa telah parah penyakit yang dideritanya. Aku menghapus air mata, tiba- tiba rasa sesak kembali menghampiri dada. Menyesal, sangat menyesal karena belum bisa menjadi cucu yang baik untuknya. Yang terkadang, masih sering marah- marah dan banyak alasan ketika dimintai tolong. Membentak dan menjawab ucapannya ketika di nasehati. Dan merengek—rengek ketika permintaan tak dituruti.

Aku menyesal, seharusnya disaat beliau masih hidup, kuhabiskan waktuku untuk berbakti kepadanya. Kudengarkan semua nasihatnya. Harusnya lebih kuhargai kehadirannnya. Saat ini, yang bisa kulakukan hanyalah mengikhlaskan kepergiannya, dan banyak- banyak meminta maaf dengan cara mendoakannya.

810 views
TAG


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *