Dalam rangka mempererat silaturahmi dan mengajak pondok pesantren berpartisipasi dalam kegiatan dialog santri dan Sako Ma’arif NU bertemakan “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan”, sejumlah panitia mengunjungi beberapa pesantren di Kabupaten Pasangkayu. Kegiatan ini bertujuan memperkuat hubungan antar-pesantren sekaligus menyatukan visi-misi menuju cita-cita menjadikan Pasangkayu sebagai kota santri. Dialog yang akan diadakan pada Minggu, 27 Oktober 2024, di Pondok Pesantren Nurul Jadid Duripoku ini diharapkan bisa menjadi langkah awal dalam membangun komitmen bersama menuju tujuan tersebut.
Selama kunjungan, panitia menyambangi pesantren-pesantren di wilayah Pasangkayu, termasuk:
- Pondok Pesantren Hudzaifah di Tikke, di bawah pimpinan Kyai Hamka.
- Pondok Pesantren Al-Hikmah di Karave, dipimpin oleh Kyai Asep Saifullah, S.Pd.I.
- Pondok Pesantren Shirotul Fuqaha di Desa Balanti, dipimpin oleh K.H. Asfadi.
- Pondok Pesantren Al-Falah Baras di Desa Kasano Baras, dipimpin oleh K. As’adullah, S.Pd.
- Pondok Pesantren Thoriqul Ulum di Desa Tirtabuana, dipimpin oleh Kyai Malik, S.Pd.I, M.Pd.
- Pondok Pesantren DDI Sarudu, di bawah pimpinan Kyai Mahmud, S.Pd.
Kehadiran pesantren di tengah masyarakat Pasangkayu memiliki peran penting yang tidak hanya terbatas pada pendidikan agama, tetapi juga pada pembentukan karakter masyarakat yang taat, beretika, dan siap berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Dengan peran pesantren yang kuat, santri dididik menjadi pribadi yang memiliki daya juang tinggi, disiplin, serta memiliki wawasan keislaman yang luas. Pesantren juga menjadi pusat pengembangan masyarakat melalui berbagai kegiatan keagamaan, pendidikan, serta pelatihan kewirausahaan yang membantu memberdayakan warga di sekitarnya.
Melalui kegiatan dialog ini, diharapkan dapat terbentuk kebersamaan dan komitmen dari setiap pesantren di Pasangkayu untuk menyatukan langkah dan visi. Panitia berharap agar dengan berjalannya dialog ini, para pimpinan pondok dapat berbagi pandangan dan pengalaman untuk mendukung program menjadikan Pasangkayu sebagai kota santri. Selain itu, dialog ini juga akan menggugah kesadaran santri akan peran mereka sebagai generasi penerus yang memiliki tanggung jawab sosial dan moral untuk menjaga nilai-nilai keislaman di masyarakat.
Dengan bergandeng tangan, setiap pesantren memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, memperkuat ekonomi keumatan, serta memajukan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada agama tetapi juga aspek keterampilan dan kewirausahaan. Kolaborasi antara pesantren-pesantren ini diharapkan menjadi pondasi yang kokoh untuk membangun Pasangkayu sebagai kota santri yang menjadi pusat nilai religius dan tradisi pendidikan Islam yang unggul, tidak hanya di lingkup lokal tetapi juga di tingkat yang lebih luas.
Dengan kompaknya seluruh pesantren dan santri, Pasangkayu bisa dikenal sebagai kota santri yang memiliki kontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang berakhlak dan berdaya saing tinggi. Ini akan menjadikan pesantren tidak hanya sebagai tempat menuntut ilmu agama, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial yang menguatkan identitas keislaman di wilayah ini, membangun ketahanan sosial, serta menginspirasi generasi muda untuk aktif berperan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Pasangkayu dan Indonesia.