Di sebuah desa kecil di Langkat, Sumatera Utara, tinggal seorang penjahit sederhana bernama Pak Ismuddin. Setiap hari, ia sibuk menjahit pakaian untuk para tetangga. Tapi siapa sangka, dari rumah kecil itu, lahir seorang anak yang berhasil membuat Indonesia bangga di panggung dunia. Namanya Zahran Fauzan, bocah 13 tahun yang baru saja memenangkan juara kedua Musabaqah Hafalan Al-Qur’an (MHQ) Internasional di Makkah, Arab Saudi. Dan tahu nggak? Hadiahnya itu bikin semua orang melongo—Rp738 juta!
Sang Ayah Penjahit yang Punya Mimpi Besar
Kisah ini sebenarnya dimulai dari Pak Ismuddin. Beliau bukanlah ustaz atau lulusan pesantren, bahkan katanya dulu beliau belajar Al-Qur’an sendiri. Tapi satu hal yang beliau punya adalah semangat. “Saya nggak mau anak saya kayak saya dulu. Saya ingin dia hafal Al-Qur’an,” begitu katanya, seperti dikutip dari seruni.id.
Jadi, sejak Zahran umur empat tahun, Pak Ismuddin sudah mulai ngajarin dia huruf hijaiyah. Awalnya, ngajarin anak kecil itu penuh drama. Kadang Zahran bosan, kadang malah pengen main terus. Tapi Pak Ismuddin nggak menyerah. Dengan sabar, dia membimbing Zahran. Kalau Zahran bosan, diajak main. Kalau Zahran capek, dia kasih waktu istirahat. Pelan-pelan, hafalan Zahran mulai nambah. Surat demi surat, sampai akhirnya di usia lima tahun, Zahran sudah hafal satu juz!
Jalan Panjang ke Panggung Dunia
Siapa sangka, dari hafalan kecil itu, Zahran mulai ikut lomba. Pertama kali, dia ikut MTQ tingkat kabupaten. Nggak juara waktu itu, tapi itu jadi awal mula Zahran dikenal. Seiring waktu, hafalannya makin kuat. Di umur sembilan tahun, Zahran sudah hafal enam juz. Terus, di tahun 2021, dia ikut STQ Nasional di Maluku dan berhasil jadi juara 1.
Nah, dari situ, Zahran akhirnya terpilih mewakili Indonesia di MHQ Internasional di Makkah, Arab Saudi. Ini nggak main-main loh, peserta lombanya ada dari lebih dari 50 negara. Zahran harus tampil di depan juri, menghafal 30 juz Al-Qur’an dengan tajwid dan tartil yang sempurna. Hasilnya? Dia jadi juara kedua! Dan hadiahnya Rp738 juta. Keren banget, kan?
Rutinitas yang Luar Biasa
Tapi ini semua nggak lepas dari disiplin yang diterapkan ayahnya. Jadwal Zahran itu ketat banget. Dari pagi sebelum sekolah, dia udah ngulang hafalan. Pulang sekolah, ada waktu istirahat, tapi setelah itu dia langsung lanjut hafalan lagi sampai malam.
Pak Ismuddin pun memutuskan untuk bekerja dari rumah biar bisa lebih dekat dengan Zahran. “Saya tahu ini berisiko, tapi saya yakin, kalau saya bersama dia, hasilnya pasti maksimal,” ujarnya dalam wawancara dengan khazanah.republika.co.id.
Hadiah yang Mengubah Hidup
Ketika hadiah Rp738 juta itu diumumkan, Pak Ismuddin nggak bisa menahan air matanya. Uang itu rencananya bakal digunakan untuk membangun pondok tahfidz sederhana di desanya. “Banyak orang tua yang sudah menghubungi saya. Mereka ingin anaknya belajar seperti Zahran. Saya ingin berbagi pengalaman ini,” kata beliau, seperti dilaporkan oleh seruni.id.
baca juga ===> Sunhaji: Dari Penjual Es Teh yang Hidup Serba Kekurangan hingga Mendapat Kemuliaan dari Allah
Pesan dari Kisah Zahran
Kisah Zahran ini bukan cuma tentang hafalan Al-Qur’an atau hadiah besar. Ini juga tentang cinta dan dedikasi orang tua. Dari seorang penjahit yang mungkin orang lihat biasa-biasa saja, lahirlah seorang anak yang luar biasa.
Kalau Pak Ismuddin bisa, kenapa kita nggak? Yuk, mulai ajarin anak-anak kita mencintai Al-Qur’an. Siapa tahu, anak kita bisa jadi Zahran berikutnya—yang nggak cuma bikin kita bangga, tapi juga membawa keberkahan untuk keluarga.
Siapa yang mau coba? 😊