Al-‘Alamah al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz menjelaskan bahwa setan itu mempunyai pintu-pintu yang perlu diperhatikan oleh seorang mukmin, agar ia menutupnya jangan sampai pintu itu dilewati setan menuju ke dalam hatinya. Diantara pintu pintu setan yang terbesar adalah perasaan marah dan nafsu syahwat. Jika sesorang sedang marah, maka dia tidak dapat menggunakan akalnya. Jika tentara akalnya lemah, maka tentara setan akan mengalahkannya.
Diantara pintu-pintu terbesar, termasuk juga perasaan hasud dan rakus. Jika sesorang mempunyai sifat rakus, maka kedua matanya akan buta oleh rasa rakusnya. Hal ini sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad saw:
حُبُّكَ للِّشَيْءِ يُعْمِي وَ يُصِمْ
Artinya: “Cintamu kepada sesuatu akan menjadikan mata hatimu buta dan tuli.” (HR. Abu Dawud hadis nomer 51430, Ahmad hadis nomer 21694, dari Abu Darda’ra)
baca juga ==> DALIL, TATA CARA DAN KEUTAMAAN BERPUASA ENAM HARI PADA BULAN SYAWAL
Diantara pintu-pintu setan yang lain adalah perasaan kenyang dari makanan, meskipun makanannya halal dan bersih, karena makanan dapat menguatkan hawa nafsu, sedangkan hawa nafsu adalah salah satu senjata setan.
Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa iblis pernah menampakkan dirinya kepada Nabi Allah Yahya bin Zakariya as dan ia memakai pakaian yang menarik. Dalam dialog itu, Nabi Allah Yahya as bertanya kepada iblis: “ Wahai iblis, mengapa engkau memakai pakaian yang menarik?’
Lalu iblis menjawab: “Ini adalah hawa nafsu yang aku dapat memperdaya anak cucu Adam.’
Kemudian Nabi Yahya as bertanya kembali:”Apakah engkau dapat memperdayanya dariku?’
Lalu iblis menjawab: “Jika engkau merasa kenyang, maka engkau akan merasa malas untuk melakukan shalat malam dan berdzikir.’
Kemudian Nabi Allah Yahya as bertanya kembali: “Apakah ada yang lain caramu menipu manusia?”
“Tidak ada.’ Jawab iblis.
‘Demi Allah, aku bersumpah tidak akan memperkenyang perutku dengan makanan untuk selamanya.’ Ujar Nabi Allah Yahya as.
Lalu iblis menjawab: ‘Demi Allah, aku tidak akan membertahu seperti ini kepada seseorang muslim untuk selamanya.”
Syaufan Azizi
Pengajar & Pembimbing Organisasi Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Duripoku